(Foto: ThinkStock)
Untuk memastikan dugaan tersebut, peneliti melabeli beberapa biskuit berukuran sama dengan label 'medium' atau 'besar' lalu meminta sejumlah partisipan untuk memakan biskuit-biskuit itu sebanyak yang mereka inginkan.
Hasilnya, partisipan melahap lebih banyak biskuit yang diberi label 'medium' dalam kondisi seperti tanpa sadar. Peneliti pun menduga bahwa orang-orang mudah 'tertipu' saat memakan sesuatu karena mereka lebih percaya pada label ketimbang apa yang mereka makan.
"Temuan ini memberikan implikasi yang luar biasa sehingga dapat diterjemahkan pada cara berpakaian dan cara minum juga," terang peneliti Aradhna Khrishna dari University of Michigan.
Contohnya bisa dilihat jelas dari minuman soda yang tersedia dalam berbagai ukuran di beberapa restoran cepat saji. Jika Anda tetap memilih ukuran 'medium' maka Anda bisa mendapatkan lebih banyak minuman yang Anda sukai tanpa perlu khawatir dengan efek sampingnya.
"Hanya karena berbagai label ukuran yang berbeda-beda pada satu ukuran makanan, orang-orang akan cenderung makan lebih banyak. Di saat yang bersamaan, mereka berpikir tak makan sebanyak ukuran yang sebenarnya," lanjut Khrishna seperti dilansir dari dailymail, Senin (1/10/2012).
Oleh karena itu, Profesor Khrishna merekomendasikan agar semua ukuran makanan diseragamkan karena hal itu bisa menjadi satu-satunya cara untuk membantu konsumen mengetahui berapa banyak porsi makanan atau minuman mereka.
Begitu juga dengan produsen pakaian. Selama bertahun-tahun, produser pakaian menggunakan 'vanity sizing' (pergeseran ukuran sebenarnya dari yang tertera pada label) untuk membuat konsumen berpikir mereka lebih langsing dari berat badan aslinya.
Misalnya pada pakaian berukuran 14 labelnya dapat diganti menjadi 12 sehingga wanita yang berniat membelinya percaya jika program dietnya berhasil. Di AS sendiri, apa yang sebelumnya dikatakan sebagai ukuran 8 pada tahun 1950-an telah 'diubah' menjadi ukuran 4 pada tahun 1970-an dan ukuran 0 di tahun 2006.
Kendati begitu, memanipulasi ukuran porsi juga dapat digunakan untuk kepentingan yang bersifat positif. Beberapa studi telah menunjukkan bahwa makan dengan piring yang kecil membuat orang yang melakukannya mengira mereka telah melebih-lebihkan porsi yang mereka konsumsi, padahal sejatinya mereka makan lebih sedikit.
Begitu juga jika seseorang lebih memilih minum dari gelas yang tegak lurus ketimbang gelas yang sedikit bengkok. Orang yang minum dengan gelas berbentuk tegak lurus akan minum lebih lambat dan bisa memperkirakan dengan baik banyaknya minuman yang mereka konsumsi.
sumber: detikhealth
Tidak ada komentar:
Posting Komentar