(Foto: ThinkStock)
Juliano Laran dari University of Miami menunjukkan bahwa seseorang yang sering mendengar, membaca atau menyimak berita buruk cenderung memiliki berat badan yang lebih besar. Sebaliknya jika sering mendengar berita baik, berat badan cenderung lebih terkontrol.
Oleh para peneliti, kecenderungan ini dikatakan berhubungan dengan pola makan. Makin sering mendengar berita buruk, pikiran akan tertuju pada masa-masa sulit dan tanpa sadar hal itu akan mendorong orang untuk mengonsumsi makanan enak termasuk yang tidak sehat alias junkfood.
Penelitian terdahulu banyak mengaitkan riwayat stres dengan kecenderungan untuk mengonsumsi junk food. Kandungan kalori dalam bentuk gula, lemak dan bahan tambahan lainnya dapat memicu pelepasan hormon antistres sehingga bisa memberikan efek penenang.
Namun jika dibiarkan terus-menerus, kebiasaan mengonsumsi makanan manis dan berlemak akan membuat berat badan cepat meningkat. Dalam jangka panjang, kegemukan akan meningkatkan risiko berbagai penyakit kronis mematikan termasuk diabetes dan serangan jantung.
Hasil penelitian Laran menunjukkan, laki-laki maupun permepuan yang terlalu sering terpapar berita buruk akan mengonsumsi makanan rata-rata 40 persen lebih banyak. Temuan ini menguatkan teori bahwa dalam kondisi stres, orang mengonsumsi lebih banyak kalori.
"Temuan ini bisa memberikan implikasi positif pada individu yang bergerak di bidang layanan kesehatan," kata Laran seperti dikutip dari MensHealth, Jumat (25/1/2013).
Temuan ini juga sekaligus memberikan solusi bagi orang-orang yang selalu gagal dalam menurunkan berat badan. Jika sudah diet dan melakukan olahraga teratur tetapi tetap gemuk, mungkin perlu dicoba untuk sesekali menjauhi koran dan televisi.
sumber: detikhealth
Tidak ada komentar:
Posting Komentar